Inspirasi mahasiswa baru UIN SU

Friday, 4 September 2015

Inspirasi mahasiswa baru UIN SU




Beberapa hari belakangan ini Mesjid Al-Izzah di sesaki Hitam putih, seragam Khas Mahasiswa Baru sepanjang OPAK di UIN SU, satu persatu mereka menginggalkan mesjid, digantikan kedatangan hitam putih lain, di antara hitam putih itu, satu diantaranya terlihat berbeda dari hitam putih kebanyakan, seseorang mahasiswa berpeci hitam dituntun temannya meninggalkan mesjid menuju lapangan Fakultas Ushuluddin. Dengan keadaan fisik yang tidak normal banyak orang yang merasa minder, putus asa dan mengkhawatirkan masa depannya, tapi itu tidak berlaku untuknya. Deddy Permadi, mahasiswa baru Fakulktas Ushuluddin jurusan Tafsir Hadist, meski memiliki kelainan di bagian kaki, tidak menghalangi Deddy untuk mendirikan shalat ashar berjamaah tepat waktu, ia mengikuti seluruh agenda kegiatan OPAK seperti mahasiswa lain. Bahkan dengan ketidak normalan seperti itu, menurut pengakuannya ia pernah menjajakan keripik ubi di lingkungan sekolah semasa Madrasah Tsanawiyah.


Semua berawal saat Deddy berumur 2 tahun, virus folio menyerang, dan menggerogoti kekuatan kakinya, “Keadaan awak udah kayak gini dari umur 2 tahun, bukan bawaan lahir, dulu kawan SD awak selalu bilangawak nggak bisa lurus, nggak bisa semangat, apa-apa nggak bisa, tapi awakpun berpikir, kalau dia normal, saya kayak gini, tapi awak nggak berpikir ada perbedaan seperti itu, hak kita sama, yang awak pikirkan bagaimana untuk ke depannya awak bisa jadi orang sukses,” ungkapnya.

Meski melewati hari-hari yang sulit, senyum ceria adalah suguhan rasa yang ia hadiahkan di awal jumpa. Seperti mahasiswa lainnya, Deddy berpakaian rapi dengan peci hitam yang menutupi jidatnya yang kehitam-hitaman itu. Ia mulai berkisah tentang hinaan, cacian dan jalan panjang yang membawanya berlabuh di UIN Sumatera Utara.

“Kamu nggak bisa masuk UIN,” itu yang pernah diucapkan guru Deddy saat ia memilih UIN Sumatera Utara, meskipun dicekal berkali-kali, namun Deddy tak pernah putus asa, “Jadikan motivasi lagi, akhirnya awaknampakkan sama guru awak, kalau awak bisa, nggak ada kata tak bisa kalau kita mau berusaha, karena itu diawali inna ma a’malu bin niat. Segalanya diawali dari niat, sesuai dengan hadits,” Ucapnya sembari memainkan tangan.

“Nggak ada kata tak bisa kalau kita mau berusaha”, kata-kata itu rupanya telah lama bersarang di hati Deddy. Terbukti saat Deddy yang duduk di bangku Madrasah Tsanawiyah berusaha keras belajar membaca Alquran dari awal huruf hijaiyah sampai tajwid dan khatam dalam waktu tiga bulan. “Dulu waktu SD belum pandai awak baca Quran, akhirnya kelas III Madrasah Tsanawiyah saya belajar baca Quran sama guru fiqh Alquran hadist, namanya Ibu Irma, ibu itu mengajari awak khatam quran di sekolah, awalnya malu, yang lain udah pandai baca Quran awak nggak bisa, awak waktu SD belajar Quran tapi nggak bisa payah nangkap”.

Tekad yang kuat akhirnya membawa Deddy berhasil masuk ke sekolah favorit di Medan, “Nggak ada kata tak bisa kalau kita mau berusaha”, sekali lagi membuktikan keajaibannya. Meskipun kejadian berulang kembali, seorang guru semasa Madrasah Tsanawiyah kembali mengatakan bahwa ia tidak bisa masuk ke sekolah itu, tapi kata-katanya itu malah membuat Deddy semakin terpacu semangatnya untuk lulus test sekolah favorit. Keluarga juga berperan penting dalam hidup Deddy, orang tuanya selalu mendukung keputusan Deddy, meski banyak orang yang berulang kali mencoba mematahkan semangatnya, “Udah jangan ambil hati, ambil masalah itu jadikan motivasi,” itu yang kerap kali orang tuanya ucapkan.

Menjadi guru agama adalah salah satu di antara pesan terakhir sebelum kepulangan ibunya, “Harus jadi orang sukses, minimal jadi dosen agama atau guru agama, akhirnya awak bangkit, awak bilang sama papi kalau awak mau kuliah sampai sarjana, mamak awak bilang Deddy harus sukses meskipun mamak nggak ada lagi”. Ucap mamaknya di detik-detik terakhir.

Hinaan dan cacian meski ia telan berkali-kali, seperti sudah kebal, menghadapi cemoohan orang. Deddy ternyata memiliki satu cara untuk menghadapinya, “Sabar, tawakal, berserah diri kepada Allah, bilang sama Allah nanti bakal mereka sadar sendiri, akan ada balasannya nanti”. Akunya.

Banyak orang yang bersimpati karena semangat dan kemauan Deddy, tapi ada satu orang yang benar-benar menginspirasinya, ia adalah Abdul Roni M.A. Guru Deddy semasa Madrasah Aliyah yang selalu memotivasi Deddy untuk meraih cita-citanya.

Meskipun tidak lulus di pilihan pertama yaitu Pendidikan Agama Islam, tidak membuat Deddy lantas alpa untuk bersyukur, Ia yakin apa yang didapatinya adalah yang terbaik, “Ya awak nggak jebol di PAI , awakmasuknya di tafsir hadist, pilihan kedua yang awak ambil, karena awak sadar bahwasanya apa yag kita inginkan belum tentu baik untuk kita, menurut kita baik belum tentu menurut Allah itu yang paling baik, jadi awak termotivasi, awak ambil hikmahnya, kawannya baik-baik, shalat tepat waktu, dan dekat dengan mesjid,” katanya sembari terus tersenyum.

Keterbatasannya juga sama sekali tidak membuat Deddy melupakan kewajibannya sebagai seorang muslim, berdakwah. “Waktu Aliyah saya ikut KKD, Kader Khusus Dakwah, baru awak ikut ceramah pelatihan, sebagai pemimpin, saya berpikir saya kan Islam, saya kan dakwah, jadi saya harus pandai ceramah, saya harus bisa tak ada kata tak bisa, awak bilang dalam hati, sampai awak pukul dada awak, sampai awak bilang sama BKM nya di mesjid, saya mau menceramah di bulan ramadhan, nggak usah bayar karaen Allah ta’ala, akhirnya diterima, bagus ceramah awak, besoknya dipanggil lagi, judulnya itu, ‘mencintai sesama makhluk’, menghormati orang tua, hari kedua, jadi selama bulan puasa itu awak dipanggil-panggil ke masjid,” tuturnya.

Di dalam proses belajar mengajar Deddy juga terkenal aktif di kelas, dengan segala keterbatasan yang ia miliki, ia mencari-cari cara sendiri untuk bisa menuntut ilmu dengan baik, “awak suka menjawab pertanyaan awak dibelakangkan jadi awak buat catatan apa yang mereka bilang, terus awak tanya, awakcari yang sulit-sulit jadi payahlah mereka jawabnya, dibilang guru tafsir hadist, si Deddy ini aja yang nanya, yang lain mana? Akhirnya awak menjawab namanya juga belajar pak, cari ilmu, kalau ada pertanyaan awakjawab-jawab sampai detail,” ungkap Deddy dengan polosnya

Masuk di jurusan Tafsir Hadist Deddy juga memiliki Motivasi dan harapan bagi orang-orang yang kurang beruntung sepertinya“ Motivasi saya masuk tafsir Hadist agar meningkatkan ketakwaan kepada allah, menghargai sesama makhluk, dan menjadi guru atau dosen agama, saya harap teman-teman yang mungkin bernasib seperti saya ataupun yang normal. Jangan pernah menyesal dengan apa yang diberikan Allah kepada kita meskipun kakinya lurus normal, bisa berjalan, manfaatkan yang baik, jangan pernah menyesal, kalau Allah mau ambil anggota tubuhnya bisa seperti saya, jangan sia siakan hidupmu yang hanya sekali manfaatkan sebaik-baiknya, untuk dunia akhiratmu, ada 4 hadis mengatakan, untuk dunia dan akhirat, pertama, hati yg selalu bersyukur, kedua, lisan yg senantiasa menjaga perkataannya pada orang lain, ketiga, istri yang menjaga dirinya dan harta suaminya, keempat, ketika musibah datang kepadanya dia selalu bersabar kepada Allah, sedih boleh tapi nggak boleh berlarut-larut,” jelasnya.

Dalam keterbatasannya Deddy mengaku tidak pernah menyesal, dan memasrahkannya kepada Allah, “Nggak ada kepikiran menyesal, karena kekurangan itu Allah berikan supaya kita dekat kepada Allah dan tidak menjauh darinya, banyak kelebihan yg Allah kasih seperti nikmat- nikmat lain yang tidak dapat kita sebutkan satu persatu, karena menyesal sangat dibenci Allah, jangan salah mentafsirkan apa yang Allah berikan,” ungkapnya.

“Semangat! Nggak ada kata tak bisa kalau kita mau berusaha,” tambahnya diakhir pembicaraan sore itu.

Reporter : Safitri Adriani Nasution


No comments:

Post a Comment