September 2015

Sunday, 6 September 2015

Catatan Budaya


70 Tahun Menjadi Kufur
------------------------------

Oleh: S. Satya Dharma


SETELAH  70 Tahun merdeka, wajah ibu pertiwi ternyata masih saja murung saudara. Dandanannya Belang belonteng. Beselemak peak. Terlalu banyak bedak dab gincu kamu flase. Bibirnya dower kebanyakan dicumbu para koruptor. Pipinya molorot keseringan dikecup para penjilat. Sedangkan jalannya terlantih-lantih sebab pahanya terlalu sering tertindih bajingan.

Maka, kalau saja kita masih sudi bercermin, akan tampaklah wajag Ibu Pertiwi itu sebagai neraga besar bernama Indonesia Raya yang dirundung duka nestapa berkepanjangan. Dengan krisis silih berganti melandanya. Deraan krisis yang sedikit saja para pemimpin negeri salah mengambil tindakan, akan menyeret Ibu Pertiwi ke jurang Kehancuran.

Persoalan - persoalan baru silih berganti datang bak tamu tak di undang. Belum selesai satu krisis diurai, sudah kriris baru. Ekonomi negeri ini pun lintang pukang. Bahkan  kini dollar, yang menjadi acuan rupiah, nilainya melambung itnggi dan tak terkejar.

Saat ini Ibu Pertiwi terpuruk di bawah kaki langit kekayaan sumber daya alam yang dimilikinya. Bak tikus yang sekarat di lumbung padi. Keterpurukan yang semakin menguat ketidak pastian msa depan. Sedangkan keinginan untuk bangkit,move on, masih sebatas harapan yang tak pernah kunjung mampu diwujudkan.

Maka,bila kita bercermin, Ibu Pertiwi bernama INDONESIA itu bukan lagi sebagai mozaik indah rangkaian zamrud khatulistiwa yang dulu pernah kita bangga-banggakan di mata dunia. Bukan lagi untaian ratna mutu manikam yang menyilaukan mata bangsa asing.

Mengapa bisa demikian..? Mengapa di negeri ini yang katanya tanah dan airnya ditaburi rahmat Tuhan ini, jutaan penduduknya hidupnya kelereran ? Digusur -gusur ? Ditendang-tendang ? Pastilah ada yang salah dalam perilaku kita selama ini.

Salah satu wujud kesalahan itu adalah kita lalai terhadap kewajiban untuk Bersyukur atas rahmat dan kenikmatan yang diberikan Tuhan Kepada kita. Hanya sedikit orang di antara kita yang pandai Bersyukur dan lebih banyak orang yang mengkufuri nimatnya.

Padahal di dalam Al-Qur'an Allah Swt. telah berfirman :
'' Bersyukurlah kepada Allah. Dan barang siapa yang bersyukur ( kepada Allah ), maka sesungguhnya dia bersyukur untuk dirinya sendiri.'' ( QS. Luqman [31] : 12 )

Simaklah, Apakah bukan kufur nikmat namanya jika kekayaan negeri ini dikelola hanya oleh segelintir orang dengan penuh nafsu serakah, curangm dan zhalim ? Padahal, salah satu wujud rasa syukur itu adalah keharusan untuk mengelola kekayaan negeri ini dnegan adil, jujur dan amanah. Bukan dengan menindas, dzalim dan curang demi memperkaya diri dan kelompok sendiri.

Lihat pula bagaimana anak-anak Ibu Pertiwi di berbagai belahan negeri ini, sampai hari ini, terus menerus menyaksikan dengan jati perih para pemimpin bangsa yang lebih mengutamakan kepentingan rakyat yang dipimpinnya.

Padahal, seharusnya semua kekayaan negeri ini diperuntukkan sebesar -besarnya bagi kemakmuran rakyat. Akan tetapi rakyat justru tidak tahu kemana larinya aset-aset negeri yang melimpah ruah itu.

Kondisi ini membuat amanah untuk mengelola negera seolah-olah berubah menjadi kesempatan untuk menjarah negara. Amanah kekuasaan yang diberikan itu, ternyata hanya melahirkan segelintir orang yang hidup bermewah-mewahan, sedangkan sebahagian besar lainya hidup dalam kemelaratan dan serba kekurangan.

Seharusnya rasa syukur kepada Tuhan itu diwujudkan dengan hidup bersatu dan saling mengasihi sesama anak bangsa sebagaimana ajaran semua agama. Tetapi kenyataan tidak demikian. Tak jarang kesenjangan ekonomi itu bahkan memicu konflik sosial yang beujung pembunuhan dan pembantaian sesama anak-anak Ibu Pertiwi.

Seharusnya kita hidup damai dan tentram sebagaimana ajaran setiap agama. Seharusnya kita memperkokoh NKRI sebagai wujud syukur kita terhadap rahmat dan nikmat Tuhan yang maha esa. Namun kenyataannya, sebahagian anak-anak Ibu Pertiwi lebih suka merobohkan integrasi bangsa dengan macam-macam alasan dan niatnya.

Seharusnya kita hidup mencintai bangasa dan negara ini sebagai wujud keimanan dan kecintaan kita kepada Tuhan. Akan tetapi tidak sedikit anak-anak Ibu Pertiwi yang rela menghancurkan negerinya sendiri demi segepok materi yang didaptkannya dari negara asing yang memperalatnya.

Seharusnya kebebasan yang dikembangkan adalah kebebasan yang mengajak dan memacu perlombaan berbuat baik. Kebebasan berekspresi mewujud sebagai cerminan bangsa yang beradab. Kebebasan pers diperuntukkan bagi memperbaiki moral dan mencerdaskan kehidupan bangsa.

Akan tetapi kebebesan itu sering disalah artikan hanya untuk kebebasan itu sendiri. Hanya sebagai hak untuk berlaku bebas tanpa megindahkan norma-norma yang ada. Kebebasan yang menjadi ephoria yang kebablasan.

Maka, terkait dengan kondisi seperti ini, seteklah 70 tahun Ibu Pertiwi dinyataan merdeka, ada Firman Allah Swt. yang patut kita renungkan, saudara. 
'' Dan jika kami hendak membinasakan suatu negeri; maka kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu ( supaya menaati Allah ) tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri tersebut, maka sudah sepantasnya berlaku terhadapnya perkataan ( ketentuan kami ), kemudian kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya.'' ( QS Al Isra' [17] : 16 )

Nah Saudara, Camkanlah..!!

Friday, 4 September 2015

Manfaat Bagun Tidur Pagi Hari



Pagi adalah sebuah berkah yang indah. Tak masalah cerah atau mendung. Karena pagi adalah awal untuk memulai sesuatu yang disebut KEHIDUPAN.

1. Mengasah pikiran dan hati

Pagi hari merupakan waktu yang baik untuk pengembangan diri. Misalnya, untuk membaca buku Your Job Is Not Your Career-nya Rene Suhardono yang tak juga habis dibaca itu. Baca buku ini pada pagi hari. Suasana yang masih tenang akan menjadi anugerah yang bisa Anda gunakan untuk mengembangkan diri Anda, secara profesional, emosional, fisik, mental, dan spiritual. pagi hari adalah waktu untuk mengasah pikiran dan hati.


2. Berolahraga

Tidur lebih awal, membuat Anda mampu bangun pagi dengan bugar. Waktu yang masih ada bisa Anda gunakan untuk berolahraga, entah di rumah atau di gym dekat kantor.

3. Membereskan hal-hal kecil

Bereskan hal-hal kecil yang harus Anda lakukan lebih dulu untuk menyelesaikan tugas yang lebih besar pada hari itu. Misalnya, balas dulu email-email yang belum dibuka di inbox, supaya rongrongan email dari klien atau departemen lain di kantor tidak menyita perhatian Anda.


4. Meningkatkan produktivitas

Jika Anda mengawali hari lebih awal, Anda akan membuat hari terasa lebih panjang. Dengan demikian, Anda bisa melakukan lebih banyak dalam satu hari daripada biasanya. Jika pekerjaan Anda menumpuk untuk esok hari, tidurlah lebih awal, bangun lebih pagi, maka Anda bisa menyelesaikan tugas dengan lebih cepat.


5. Menggunakan waktu untuk berpikir

Pakar keuangan James Citrin pernah mengatakan, "Heningnya pagi seringkali terjadi ketika pikiran kita sedang jernih, dan memungkinkan untuk memecahkan persoalan penting." Artikelnya, Tapping the Power of Your Morning Routine, akan memberikan wawasan pada Anda betapa berharganya waktu pagi. Dalam artikel tersebut Jim juga melaporkan bahwa 80 persen pejabat perusahaan yang diwawancaranya bangun pukul 05.30 atau lebih pagi.


6. Melakukan meditasi

Meditasi menyebabkan keseimbangan emosional dan kesejahteraan diri. Jika Anda mengawali hari dengan bermeditasi, Anda akan membawa keseimbangan dalam hidup Anda sepanjang hari, dan memperbaiki kualitas hidup Anda. Pagi menjadi waktu yang lebih baik untuk meditasi karena pikiran Anda masih segar, rileks, dan otak masih tajam.


7. Mengalahkan kemacetan

Warga Jakarta atau kota besar lain di Indonesia tentu tahu, jika Anda harus menempuh waktu puluhan kilometer menuju kantor setiap hari, Anda akan menghemat waktu jika berangkat ke kantor lebih awal. Dengan tiba di kantor lebih awal Anda bisa menggunakan waktu yang masih ada untuk melakukan hal-hal yang Anda sukai, entah itu membaca, olahraga, menelepon orangtua di kampung, merencanakan kegiatan dalam sehari, dan lain sebagainya. Daripada menggunakan waktu ini untuk mengarungi kemacetan, lebih baik memanfaatkannya untuk "me time" kecil-kecilan kan?

Semoga Bermanfaat. 

Inspirasi mahasiswa baru UIN SU




Beberapa hari belakangan ini Mesjid Al-Izzah di sesaki Hitam putih, seragam Khas Mahasiswa Baru sepanjang OPAK di UIN SU, satu persatu mereka menginggalkan mesjid, digantikan kedatangan hitam putih lain, di antara hitam putih itu, satu diantaranya terlihat berbeda dari hitam putih kebanyakan, seseorang mahasiswa berpeci hitam dituntun temannya meninggalkan mesjid menuju lapangan Fakultas Ushuluddin. Dengan keadaan fisik yang tidak normal banyak orang yang merasa minder, putus asa dan mengkhawatirkan masa depannya, tapi itu tidak berlaku untuknya. Deddy Permadi, mahasiswa baru Fakulktas Ushuluddin jurusan Tafsir Hadist, meski memiliki kelainan di bagian kaki, tidak menghalangi Deddy untuk mendirikan shalat ashar berjamaah tepat waktu, ia mengikuti seluruh agenda kegiatan OPAK seperti mahasiswa lain. Bahkan dengan ketidak normalan seperti itu, menurut pengakuannya ia pernah menjajakan keripik ubi di lingkungan sekolah semasa Madrasah Tsanawiyah.


Semua berawal saat Deddy berumur 2 tahun, virus folio menyerang, dan menggerogoti kekuatan kakinya, “Keadaan awak udah kayak gini dari umur 2 tahun, bukan bawaan lahir, dulu kawan SD awak selalu bilangawak nggak bisa lurus, nggak bisa semangat, apa-apa nggak bisa, tapi awakpun berpikir, kalau dia normal, saya kayak gini, tapi awak nggak berpikir ada perbedaan seperti itu, hak kita sama, yang awak pikirkan bagaimana untuk ke depannya awak bisa jadi orang sukses,” ungkapnya.

Meski melewati hari-hari yang sulit, senyum ceria adalah suguhan rasa yang ia hadiahkan di awal jumpa. Seperti mahasiswa lainnya, Deddy berpakaian rapi dengan peci hitam yang menutupi jidatnya yang kehitam-hitaman itu. Ia mulai berkisah tentang hinaan, cacian dan jalan panjang yang membawanya berlabuh di UIN Sumatera Utara.

“Kamu nggak bisa masuk UIN,” itu yang pernah diucapkan guru Deddy saat ia memilih UIN Sumatera Utara, meskipun dicekal berkali-kali, namun Deddy tak pernah putus asa, “Jadikan motivasi lagi, akhirnya awaknampakkan sama guru awak, kalau awak bisa, nggak ada kata tak bisa kalau kita mau berusaha, karena itu diawali inna ma a’malu bin niat. Segalanya diawali dari niat, sesuai dengan hadits,” Ucapnya sembari memainkan tangan.

“Nggak ada kata tak bisa kalau kita mau berusaha”, kata-kata itu rupanya telah lama bersarang di hati Deddy. Terbukti saat Deddy yang duduk di bangku Madrasah Tsanawiyah berusaha keras belajar membaca Alquran dari awal huruf hijaiyah sampai tajwid dan khatam dalam waktu tiga bulan. “Dulu waktu SD belum pandai awak baca Quran, akhirnya kelas III Madrasah Tsanawiyah saya belajar baca Quran sama guru fiqh Alquran hadist, namanya Ibu Irma, ibu itu mengajari awak khatam quran di sekolah, awalnya malu, yang lain udah pandai baca Quran awak nggak bisa, awak waktu SD belajar Quran tapi nggak bisa payah nangkap”.

Tekad yang kuat akhirnya membawa Deddy berhasil masuk ke sekolah favorit di Medan, “Nggak ada kata tak bisa kalau kita mau berusaha”, sekali lagi membuktikan keajaibannya. Meskipun kejadian berulang kembali, seorang guru semasa Madrasah Tsanawiyah kembali mengatakan bahwa ia tidak bisa masuk ke sekolah itu, tapi kata-katanya itu malah membuat Deddy semakin terpacu semangatnya untuk lulus test sekolah favorit. Keluarga juga berperan penting dalam hidup Deddy, orang tuanya selalu mendukung keputusan Deddy, meski banyak orang yang berulang kali mencoba mematahkan semangatnya, “Udah jangan ambil hati, ambil masalah itu jadikan motivasi,” itu yang kerap kali orang tuanya ucapkan.

Menjadi guru agama adalah salah satu di antara pesan terakhir sebelum kepulangan ibunya, “Harus jadi orang sukses, minimal jadi dosen agama atau guru agama, akhirnya awak bangkit, awak bilang sama papi kalau awak mau kuliah sampai sarjana, mamak awak bilang Deddy harus sukses meskipun mamak nggak ada lagi”. Ucap mamaknya di detik-detik terakhir.

Hinaan dan cacian meski ia telan berkali-kali, seperti sudah kebal, menghadapi cemoohan orang. Deddy ternyata memiliki satu cara untuk menghadapinya, “Sabar, tawakal, berserah diri kepada Allah, bilang sama Allah nanti bakal mereka sadar sendiri, akan ada balasannya nanti”. Akunya.

Banyak orang yang bersimpati karena semangat dan kemauan Deddy, tapi ada satu orang yang benar-benar menginspirasinya, ia adalah Abdul Roni M.A. Guru Deddy semasa Madrasah Aliyah yang selalu memotivasi Deddy untuk meraih cita-citanya.

Meskipun tidak lulus di pilihan pertama yaitu Pendidikan Agama Islam, tidak membuat Deddy lantas alpa untuk bersyukur, Ia yakin apa yang didapatinya adalah yang terbaik, “Ya awak nggak jebol di PAI , awakmasuknya di tafsir hadist, pilihan kedua yang awak ambil, karena awak sadar bahwasanya apa yag kita inginkan belum tentu baik untuk kita, menurut kita baik belum tentu menurut Allah itu yang paling baik, jadi awak termotivasi, awak ambil hikmahnya, kawannya baik-baik, shalat tepat waktu, dan dekat dengan mesjid,” katanya sembari terus tersenyum.

Keterbatasannya juga sama sekali tidak membuat Deddy melupakan kewajibannya sebagai seorang muslim, berdakwah. “Waktu Aliyah saya ikut KKD, Kader Khusus Dakwah, baru awak ikut ceramah pelatihan, sebagai pemimpin, saya berpikir saya kan Islam, saya kan dakwah, jadi saya harus pandai ceramah, saya harus bisa tak ada kata tak bisa, awak bilang dalam hati, sampai awak pukul dada awak, sampai awak bilang sama BKM nya di mesjid, saya mau menceramah di bulan ramadhan, nggak usah bayar karaen Allah ta’ala, akhirnya diterima, bagus ceramah awak, besoknya dipanggil lagi, judulnya itu, ‘mencintai sesama makhluk’, menghormati orang tua, hari kedua, jadi selama bulan puasa itu awak dipanggil-panggil ke masjid,” tuturnya.

Di dalam proses belajar mengajar Deddy juga terkenal aktif di kelas, dengan segala keterbatasan yang ia miliki, ia mencari-cari cara sendiri untuk bisa menuntut ilmu dengan baik, “awak suka menjawab pertanyaan awak dibelakangkan jadi awak buat catatan apa yang mereka bilang, terus awak tanya, awakcari yang sulit-sulit jadi payahlah mereka jawabnya, dibilang guru tafsir hadist, si Deddy ini aja yang nanya, yang lain mana? Akhirnya awak menjawab namanya juga belajar pak, cari ilmu, kalau ada pertanyaan awakjawab-jawab sampai detail,” ungkap Deddy dengan polosnya

Masuk di jurusan Tafsir Hadist Deddy juga memiliki Motivasi dan harapan bagi orang-orang yang kurang beruntung sepertinya“ Motivasi saya masuk tafsir Hadist agar meningkatkan ketakwaan kepada allah, menghargai sesama makhluk, dan menjadi guru atau dosen agama, saya harap teman-teman yang mungkin bernasib seperti saya ataupun yang normal. Jangan pernah menyesal dengan apa yang diberikan Allah kepada kita meskipun kakinya lurus normal, bisa berjalan, manfaatkan yang baik, jangan pernah menyesal, kalau Allah mau ambil anggota tubuhnya bisa seperti saya, jangan sia siakan hidupmu yang hanya sekali manfaatkan sebaik-baiknya, untuk dunia akhiratmu, ada 4 hadis mengatakan, untuk dunia dan akhirat, pertama, hati yg selalu bersyukur, kedua, lisan yg senantiasa menjaga perkataannya pada orang lain, ketiga, istri yang menjaga dirinya dan harta suaminya, keempat, ketika musibah datang kepadanya dia selalu bersabar kepada Allah, sedih boleh tapi nggak boleh berlarut-larut,” jelasnya.

Dalam keterbatasannya Deddy mengaku tidak pernah menyesal, dan memasrahkannya kepada Allah, “Nggak ada kepikiran menyesal, karena kekurangan itu Allah berikan supaya kita dekat kepada Allah dan tidak menjauh darinya, banyak kelebihan yg Allah kasih seperti nikmat- nikmat lain yang tidak dapat kita sebutkan satu persatu, karena menyesal sangat dibenci Allah, jangan salah mentafsirkan apa yang Allah berikan,” ungkapnya.

“Semangat! Nggak ada kata tak bisa kalau kita mau berusaha,” tambahnya diakhir pembicaraan sore itu.

Reporter : Safitri Adriani Nasution


Tuesday, 1 September 2015

KIsah nyata Seorang pedagang hewan qurban



Teguran , Saya menangis dan malu baca cerita ini . .
Bilamana artikel ini dirasa bermanfaat bagi Para Sahabat ?
Maka Sebarkanlah dgn cara klik tombol "share/bagikan" dibawah catatan ini .


Seorang pedagang hewan qurban berkisah tentang pengalamannya: Seorang ibu datang memperhatikan dagangan saya. Dilihat dari penampilannya sepertinya tidak akan mampu membeli. Namun tetap saya coba hampiri dan menawarkan kepadanya, “Silahkan bu…”, lantas ibu itu menunjuk salah satu kambing termurah sambil bertanya,”kalau yang itu berapa Pak?”.


“Yang itu 700 ribu bu,” jawab saya. “Harga pasnya berapa?”, Tanya kembali si Ibuu. “600 deh, harga segitu untung saya kecil, tapi biarlah…… . “Tapi, uang saya hanya 500 ribu, boleh pak?”, pintanya. Waduh, saya bingung, karena itu harga modalnya, akhirnya saya berembug dengan teman sampai akhirnya diputuskan diberikan saja dengan harga itu kepada ibu tersebut.


Sayapun mengantar hewan qurban tersebut sampai kerumahnya, begitu tiba dirumahnya, “Astaghfirullah……, Allahu Akbar…, terasa menggigil seluruh badan karena melihat keadaan rumah ibu itu.


Rupanya ibu itu hanya tinggal bertiga, dengan ibunya dan puteranya dirumah gubug berlantai tanah tersebut. Saya tidak melihat tempat tidur kasur, kursi ruang tamu, apalagi perabot mewah atau barang-barang elektronik,. Yang terlihat hanya dipan kayu beralaskan tikar dan bantal lusuh.


Diatas dipan, tertidur seorang nenek tua kurus. “Mak…..bangun mak, nih lihat saya bawa apa?”, kata ibu itu pada nenek yg sedang rebahan sampai akhirnya terbangun. “Mak, saya sudah belikan emak kambing buat qurban, nanti kita antar ke Masjid ya mak….”, kata ibu itu dengan penuh kegembiraan.


Si nenek sangat terkaget meski nampak bahagia, sambil mengelus-elus kambing, nenek itu berucap, “Alhamdulillah, akhirnya kesampaian juga kalau emak mau berqurban”.


“Nih Pak, uangnya, maaf ya kalau saya nawarnya kemurahan, karena saya hanya tukang cuci di kampung sini, saya sengaja mengumpulkan uang untuk beli kambing yang akan diniatkan buat qurban atas nama ibu saya….”, kata ibu itu


Kaki ini bergetar, dada terasa sesak, sambil menahan tetes air mata, saya berdoa , “Ya Allah…, Ampuni dosa hamba, hamba malu berhadapan dengan hamba-Mu yang pasti lebih mulia ini, seorang yang miskin harta namun kekayaan Imannya begitu luar biasa”.


“Pak, ini ongkos kendaraannya…”, panggil ibu itu,”sudah bu, biar ongkos kendaraanya saya yang bayar’, kata saya.


Saya cepat pergi sebelum ibu itu tahu kalau mata ini sudah basah karena tak sanggup mendapat teguran dari Allah yang sudah mempertemukan dengan hambaNya yang dengan kesabaran, ketabahan dan penuh keimanan ingin memuliakan orang tuanya…….


Untuk mulia ternyata tidak perlu harta berlimpah, jabatan tinggi apalagi kekuasaan, kita bisa belajar keikhlasan dari ibu itu untuk menggapai kemuliaan hidup. Berapa banyak diantara kita yang diberi kecukupan penghasilan, namun masih saja ada kengganan untuk berkurban, padahal bisa jadi harga handphone, jam tangan, tas, ataupun aksesoris yg menempel di tubuh kita harganya jauh lebih mahal dibandingkan seekor hewan qurban. Namun selalu kita sembunyi dibalik kata tidak mampu atau tidak dianggarkan.


Oleh : Ust. Aidil Heryana


====Semoga bermanfaat======


Jangan Lupa Setelah Membaca di LIKE & SHARENYA ^^