July 2015

Friday, 31 July 2015

Kisah seorang suami cinta kepada istri-nya


Selamat Jalan Istriku (Kisah Nyata menyentuh)

Tiba-tiba HP ku berdering, setelah menjawab salam suara diseberang telepon tampak panik “Ayah.. bunda mimisan nich.” Hmm.. kumaklumi kepanikan istriku saat itu karena belum pernah dia mengalami mimisan seperti ini.

Memang cuaca di bulan Agustus 2007 siang itu begitu teriknya. Aku pikir ini akibat cuaca yang terik itu. Kemudian aku sarankan dia untuk segera ke dokter.

Beberapa hari kemudian istriku sakit pilek. Seperti biasanya kalau sakit ia hanya minum obat warung dan jarang sekali mau periksa ke dokter. “ oalah bunda…. ke dokter ajah kok takut,” ledekku, ku sorong pipi kenyalnya dengan ujung jari, ia merajuk bibirnya maju 2 centi, lucu melihatnya seperti itu.

Dua minggu berselang tapi pileknya belum juga hilang. Malah katanya ada yang terasa menyumbat di saluran hidungnya, rasanya tak nyaman dan susah bernafas. “Bun… besok kita ke Rumah Sakit ya! biar ayah ijin masuk siang,” rayuku agar ia mau ke Rumah sakit.

Keesokan harinya saya ajak ia ke RS. Bhakti Yudha Depok. Saat itu dokter THT bilang istriku alergi pada debu dan juga bulu-bulu binatang. Tapi sampai obatnya habis pileknya belum juga ada tanda-tanda kesembuhan.

Anehnya yang sering keluar lendir hanya hidung sebelah kiri saja. Bahkan istriku mulai susah bernafas melalui hidung, ia hanya bisa bernafas melalui mulut. Dan ketika saya membawanya periksa untuk kedua kalinya dokter menyarankan untuk rontgen. Namun dari hasil rontgen tidak terlihat adanya kelainan apapun di hidung istriku.

***
Tanggal 3 Nov 2007 ...

Aku mengajaknya periksa ke RS Proklamasi Jakarta, karena menurut informasi di sini peralatanya lebih lengkap. Ternyata benar, dengan alat penyedot dokter mengeluarkan lendir dari dalam hidung istriku. Senang rasanya melihat ia dapat bernafas dengan lega. “Alhamdulillah…..”

Beberapa hari kemudian sumbatan itu kembali muncul. “Duh..bunda!” Kontrol kedua ke RS. Proklamasi masih saja dokter belum bisa menyampaikan penyakit apa yang dialami istriku ini.

Dokter memasukkan kapas basah ke hidung istriku (ternyata itu adalah bius lokal), beberapa saat kemudian sebuah gunting kecil dimasukkan kedalam hidung dan.. “krek” potongan daging kecil diambil. Belakangan baru aku tau tindakan inilah yang dinamakan biopsi. Tak ada yang disampaikan kepada kami. Dokter menyarankan dilakukan CT Scan. Kemudian kami menuju ke RSCM untuk CT Scan.

Keesokan harinya hasil CT Scan aku bawa kembali ke Dokter RS Proklamasi. Setelah melihat hasil Scan, Dokterpun menyampaikan hasilnya dan juga hasil biopsi dari laboratorium.

“ini ibu positif,” kata dokter sambil menunjukkan foto CT Scan. Nampak ada sebuah massa diantara belakang hidung dan tenggorokan istriku. Cukup besar seukuran kepalan tangan. Aku masih belum mengerti maksud kata-kata nya dan memang sama sekali tak ada pikiran yang aneh aku coba bertanya, “maksudnya apa dok?”

“ibu positif kanker!”

Dek.. seolah detak jantungku berhenti “KANKER…Dok?” Tiba-tiba mataku jadi gelap, sebuah beban berat serasa menindih badanku. Aku diam dan tak bisa berkata apa-apa, lama aku terdiam.

“Kanker..?” tanyaku, tapi kalimat itu tak mampu terucap hanya bersarang di kepalaku. Sebuah penyakit yang selama ini hanya aku kenal lewat informasi dan berita-berita, kini penyakit itupun menghampiri orang terdekatku orang yang paling aku sayangi. Penyakit yang menakutkan itu menyerang istriku.

Kutatap wajah cantik istriku yang dibalut jilbab favoritnya, tenang.. teduh… tak ada ekspresi apa-apa aku makin bingung.
“duhh…bunda apa yang ada dalam fikiranmu bunda…”
“Sekarang bapak ke RSCM ke bagian Radiologi kita harus bertindak cepat,” tiba-tiba aku tersadar. Segera kuambil surat pengantar dokter dan menuju RSCM.

Sungguh tak pernah terpikirkan sedikitpun sebelumnya, kini kami berada dalam deretan orang-orang penderita kanker di ruang tunggu spesialis Radiologi ini. Aroma kecemasan bahkan keputus asaan tergambar di wajah mereka. Sebenarnya ini juga saya rasakan, tapi saya harus menyembunyikan raut ini di hadapan istriku. Aku harus tetap menyuguhkan energi penyemangat padanya.

Dihadapan dokter Radiologi aku bertanya, “sebenarnya istriku kena kanker apa dok?”

“kanker nasofaring.” jawab dokter singkat.

Ya Allah….kanker apa lagi ini? Istilahnya saja aneh bagiku. Kenapa harus istriku yang mengalaminya?

“Tapi Insya Allah masih bisa disembuhkan dengan pengobatan sinar radiasi dan kemoterapy,” dokter mencoba menangkap kegalauan diwajahku.

“Nanti ibu harus menjalani pengobatan radiasi selama 25 kali.”

Terbayang beratnya derita dan kelelahan yang harus dialami istriku. Belum lagi dengan kombinasi pengobatan kemoterapy yang melemahkan fisik.

Keluar dari ruang radiologi seolah semuanya jadi gelap, rasanya aku tak kuat menahan segala beban ini. Segera aku sms family dan teman-teman dekatku, aku kabarkan keadaan istriku dan kumintakan do’a dari mereka. Tak terasa bulir-bulir bening air mata bermunculan disudut mataku.

“Ayah kenapa? nangis yach..?” dengan polos pertanyaan itu keluar dari bibir istriku.

“iya, ayah sayaaang…. sama bunda,” suaraku gemetar.

Ku usap lembut kepala istriku. Ku tepis perlahan tangannya yang mencoba mengusap air mataku, ku gengggam kuat jari-jari lemahnya. Hatiku berbisik “kenapa tak ada kesedihan diwajahmu bunda? apakah bunda ga tau penyakit ini begitu berbahaya? Atau Allah telah memberitahukan ini semua kepadamu?”

“Bunda biasa ajah koq..” Jawabanya malah makin membuatku tak bisa bernafas, air mataku akhirnya jatuh juga.

Kususuri lorong-lorong RSCM dengan langkah lemas tak bertenaga seolah aku melayang, tulang-tulang terasa tak mampu menyangga badanku yang kecil ini.

Tanggal 5 Desember 2007 ...

Mulai hari itu istriku harus dirawat inap di RS. Proklamasi. Semua persiapanpun dilakukan mulai dari USG, Bond Scan dll. Hasilnya rahim masih bersih dan tulangpun normal artinya kankernya belum mejalar ke bagian lain, Alhamdulillah…sempat kuucap kata syukur itu.

Tanggal 8 Desember 2007 ...

Hari ke empat. Sore itu aku dipanggil ke ruang Dokter Sugiono yang akan melakukan Kemoterapy. Dikatakan bahwa kanker istriku stadium 2A dan Insya Allah masih bisa diobati. Istrikupun siap untuk menjalani pengobatan dengan kemoterapy. Kemudian kami minta ijin ke Dokter untuk diperbolehkan pulang sambil mempersiapkan segala sesuatunya.

Malam hari ketika kami di rumah, kami minta pendapat dari pihak keluarga tentang pengobatan yang akan kami lakukan. Dengan berbagai pertimbangan dan alasan pihak keluarga menyarankan agar kami tidak menempuh jalan kemo dan radiasi. Kami disarankan untuk menjalani pengobatan dengan cara alternatif dan pengobatan herbal.

Akhirnya sejak saat itu kami melakukan ikhtiar pegobatan dengan cara alternatif dan minum obat-obat herbal. Karena saat itu istriku sudah susah untuk menelan maka obat herbal yang diberikan tidak berupa kapsul, melainkan berupa rebusan. Setiap hari istriku harus minum ramuan dan rebusan obat-obat herbal yang baunya sangat menyengat. Tapi aku lihat ia dengan telaten dan sabar rutin minum semua obat-obatan itu.

Semangatnya untuk sembuh begitu besar. Doa pun tiada henti kupanjatkan siang dan malam. Dan malam-malamku selalu ku habiskan dengan tahajud dan hajat.

Aku mulai rajin mencari semua informasi yang berhubungan dengan kanker nasofaring, mulai dari makanan, cara pengobatan, bahkan alamat klinik pengobatan alternatif. Semua informasi aku cari melalui internet, koran dan dari rekan-rekan kerja.

Tiga bulan pengobatan, tapi Allah sepertinya belum memberi jalan kesembuhan dengan cara ini, akhirnya obat herbal aku tinggalkan. Bahkan pengobatan alternatif sudah aku tinggalkan sejak 1 bulan pertama karena aku ragu. Beberapa keluarga istri mulai putus asa. Malah ada yang beranggapan penyakit ini adalah kiriman dari orang. Tapi aku bantah semuanya,sempat ada pertentangan di antara kami. Aku yakinkan istriku bahwa ini adalah memang ujian dari Allah,

“Bun..semuanya atas kehendak Allah, bahkan jauh sebelum kita lahir sudah tertulis takdir ini, usia segini bunda sakit, berobat kesini-sini itu semua sudah ada dalam catatan Allah bun. Yang penting sekarang kita jangan lelah berihtiar dan bunda tetep harus semangat untuk sembuh.” Ia mengangguk perlahan.

Berat badan istriku mulai turun drastis karena tak ada asupan makanan, sebelum sakit beratnya 53 Kg kini tinggal 36 Kg. Kondisinya makin parah dan puncaknya ketika aku lihat mata kirinya sudah tak focus. Cara ia melihat seperti orang juling. Menurut Dokter herbal yang menangani istriku inilah rangkaian perjalanan kanker tersebut yang lama kelamaan akan menyerang otak. Dokter menganjurkan untuk segera dibawa ke rumah sakit.

Tanggal 26 Maret 2008 ...

Akhirnya aku kembali membawanya ke Rumah Sakit. Kali ini aku membawanya ke RS. Husni Thamrin. Istriku ditangani oleh team yang terdiri Dokter THT, Dokter Internis dan Dokter spesialis ahli kemoterapy, Kebetulan Dokter Sugiono ahli kemoterapy yang dulu merawat istriku di RS. Proklamasi juga praktek di sini. Dan kini Dokter sugiyono kembali menangani istriku.

Sore itu Dokter memanggilku ke ruangannya. Dokter menjelaskan stadium kanker istriku sudah menjadi 4C, dan kankernya sudah mulai menggerogoti tulang tengkorak penyangga otak. Melihat hasil CT Scan nya aku merinding, terlihat jelas tulang-tulang tengkorak itu keropos layaknya daun termakan ulat. Aku ingin menjerit, “Ya Allah… begitu berat cobaan ini Kau timpakan pada kami”

“Ma’afkan ayah bun, ayah tak mampu menjaga bunda…!”

Yang lebih mengagetkan ketika dokter mengatakan, “kita hanya bisa memperlambat pertumbuhan kankernya bukan mengobati.” Seolah hitungan mundur kematian itu dimulai. Aku limbung dan hampir taksadarkan diri, sekuat tenaga aku mencoba untuk tetap tegar. Dengan dipapah adik aku keluar dari ruang dokter.

Segera aku menuju Mushola kuambil air wudhu dan kujalankan sholat. Entah sholat apa yang kujalankan ini.

“Aku ingin ketenangan aku butuh pertolonganMu ya Robb. Kutumpahkan segala permohonan ini dihadapanMu yaa Allah. Bisa saja dokter memfonis dengan analisanya, tapi Engkaulah yang maha kuasa atas segala sesuatunya. Engkau maha menggenggam semua takdir, sakit ini dariMu ya Allah dan padaMU juga aku mohon obat dan kesembuhannya.”

Segala ikhtiar dan do’a tiada lelah kulakukan tuk kesembuhan istriku. Malam-malamku kulalui dengan sujud panjang disamping bangsal rumah sakit. Kubenamkan wajahku diatas sajadah lebih dalam lagi, tiba-tiba aku merasa tak mimiliki kekuatan apapun, aku berada dalam kepasrahan dan penghambaan yang lemah.

“Robb…Engkau maha mengetahui, betapa segala ihtiar telah kami lakukan. Tiada menyerah kami melawan penyakit ini, kini aku serahkan segalanya padaMu, tidak ada kekuatan yang sanggup mengalahkan kekuatannMu yaa…Robb, Tunjukkan pertolonganMu, beri kesembuhan pada istriku Ya..Allah.”

Saat itu istriku masih bisa bicara meski dengan suara kurang jelas. Karena tenggorokannya pun sudah menyempit tersumbat kanker, ia sangat kesulitan dalam bernafas. Untuk mengantisipasi agar tidak tersumbat saluran nafasnya, dokter menyarankan agar dipasang ventilator dileher istriku. Akupun menyetujuinya meskipun aku tak tega, tapi ini resiko terkecil yang bisa diambil.

Istriku pasrah, dia minta aku menemaninya ke ruang operasi. Aku sangat mengerti ia sangat takut dengan peralatan medis di ruang operasi. Kemudian aku mendampinginya kedalam ruang operasi untuk pemasangan Ventilator. Aku melihat dengan jelas leher istriku disayat kemudian dimasukkan alat bantu pernafasan itu. “Sebenarnya aku tak tega melihatmu seperti ini bunda, tapi inilah yang terbaik untukmu saat ini.”

Selesai pemasangan ventilator bicaranya sudah tak bersuara lagi. Sejak saat itu praktis komunikasi kami hanya dengan isyarat atau terkadang istriku menulisnya pada lembar-lembar catatan kecil yang sengaja aku siapkan. Tentu saja hal ini terasa capek baginya. Namun sekali lagi ia terlihat tegar tak pernah aku mendengar ia mengeluh.

Akhirnya dengan berbagai pertimbangan akupun menyetujui untuk dilakukan kemoterapy terhadap istriku

Tanggal 6 April 2008 ...

Kira-kira jam 12 siang kemo tahap pertama dilakukan. Dengan perasaan tak menentu aku melihat dokter meracik obat dengan perlengkapan pengaman yang lengkap. Karena menurut dokter obat ini memang keras.

“Ya Allah beri kekuatan pada istriku…!” Beri kesembuhan melalui ihtiar obat ini ya Allah..!”

Sepanjang proses pengobatan tak hentinya kupanjatkan do’a dan dzikir dibantu dengan beberapa anggota keluarga.

Menurut Dokter kemo ini dilakukan dalam 3 sampai 5 tahap. Satu tahapan kemo memakan waktu 5 hari kemudian jeda 3 minggu untuk dilanjutkan ke tahap berikutnya.

Hari kedua setelah kemo kurang lebih jam 9 malam, istriku mulai merasa mual dan muntah. Hari ketiga jam 12 malam mulai keluar mimisan dengan darah hitam mengental. Hari ke empat jam 8 pagi ketika saya memandikan dan membersihkan mulutnya yang terus menerus mengeluarkan lendir, terdapat lendir bercampur darah hitam pekat dan mengental.

Menurut dokter ini adalah tanda kankernya sudah mulai hancur. Malam harinya istriku tidur sangat nyenyak dan tidak banyak batuk berdahak seperti hari-hari sebelumnya.

Alhamdulillah kemo tahap pertama selesai. Dokter bilang jika kondisi istriku membaik maka tiga hari lagi boleh pulang. Terlihat wajah cerah istriku ketika mendengar kabar ini. “nanti kalo pulang mau kemana bun.. ke Sawangan apa ke Kebayoran (rumah ibunya)?”

“ke Sawangan aja rumah kita sendiri,” jawabnya melalui secarik kertas. Namun ternyata dua hari kemudian ia mengalami diare yang hebat ini adalah efek samping dari obat kemo, sehingga kondisinya kembali lemas. Rencana pulangpun harus ditunda menunggu kondisinya membaik. Tetapi makin hari kondisi istriku makin drop. Hingga menjelang kemo tahap kedua malah albumin dalam darahnya menurun.

Selama dirawat istriku meminta agar saya sendiri yang memandikannya, bahkan aku juga yang membersihkan kotorannya. Semuanya saya kerjakan dengan telaten karena aku merasa sekarang saatnya untuk membalas semua kebaikan yang telah dilakukannya kepadaku selama ini. Ketika istriku sehat dialah yang selalu merawatku, menemaniku dan selalu menyiapkan semua kebutuhanku.

Selama hampir satu bulan di Rumah Sakit kami merasa menemukan keluarga baru. Keakraban terjalin antara kami dengan team dokter, dengan para suster bahkan juga dengan cleaning service yang tiap hari membersihkan kamar istriku. Saya merasa senang ketika suatu hari istriku dapat tertawa riang bercanda dengan para suster meski tawanya tanpa suara.

Minggu, 4 Mei 2008 ...

Kemo tahap ke 2 dilakukan. Sepertinya Allah benar-benar menguji kesabaranku. Ketika hendak dilakukan kemo, tabung infus 1000cc yang digunakan untuk campuran obat kemo ternyata tidak ada. Rumah sakit kehabisan stock, dan ini adalah sebuah kecorobohan yang mestinya tidak terjadi.

Karena tentunya pihak rumah sakit telah mengetahui jadwal pelaksaan kemo ini. Dokterpun marah. Kemudian Dokter menyarankan saya untuk segera membeli sendiri tabung infus di tempat lain. Tujuan saya adalah RSCM sebagai Rumah sakit terdekat, namun jika menuju RSCM menggunakan kendaraan akan memakan waktu lama karena jalannya memutar. Sayapun berlari ditengah terik matahari pukul 12 siang menuju RSCM. Namun disanapun tidak tersedia, kemudian saya berlari lagi menuju RS Sant Carolus, di sinipun nihil.

Begitu juga ketika saya ke Apotik melawai tak bisa mendapatkannya. Akhirnya saya mendapatkan tabung infus tersebut di Apotik Titimurni RS. Kramat. Akhirnya kemo tahap ke 2 pun dapat dilakukan.

Senin, 5 Mei 2008 ...

Hari ini Dinda anak kami yang kecil ulang tahun ke 4. Perhatian dan kecintaan istriku pada anaknya tak pernah berkurang. Dibatas ketidak berdayaannya dia menuliskan sesuatu, “Ayah jangan lupa beliin hadiah buat Dinda, ayah beliin jaket nanti bunda titip mukena, kasihan mukena dede sudah jelek. Bilang ke dede ini mukena dari bunda.”

Atas permintaan istriku siang itu sebagai tanda syukur kami memotong 2 buah kue ulang tahun yang salah satunya untuk dibagikan ke suster-suster yang jaga. Kemudian istriku minta dibantu turun dari tempat tidur, katanya ingin duduk bareng deket Dinda. Ia mencoba memberikan senyum bahagia pada Dinda dan menyembunyikan rasa sakitnya. Sementara Dinda nampak bahagia dipangku bundanya, mungkin ia mengira bundanya hanya sakit biasa saja. Lagu “selamat ulang tahun” yang kami nyanyikan terdengar getir di telingaku. Terasa pilu aku menatap mereka.

Selasa, 13 Mei 2008 ...

Biasanya jika istriku menginginkan sesuatu ia akan membangunkan saya dengan mengetuk besi tempat tidurnya. Namun malam itu saya merasa sangat ngantuk dan lelah, saya menulis pesan pada istriku, “bun..nanti kalo perlu apa-apa panggil suster aja ya! Ayah ngatuk dan cape, jangan bangunin ayah ya!” Dengan isyarat lemah ia mengiyakan permintaanku, ia mengusap tanganku kemudian menuliskan sesuatu “ayah tidur aja gapapa kok, bunda juga mau istirahat.”

Rabu, 14 Mei 2008 ...

Entah mengapa pagi ini aku sangat ingin merawatnya. Ketika ia kembali diserang diare berkali-kali yang sangat hebat aku sendiri yang membersihkan semuanya. Kemudian memandikannya dan mengganti pakaiannya. Pagi itu aku minta Lia anak sulung kami yang masih duduk di kelas 5 SD untuk menjaga bundanya, sebelum kemudian aku tinggal berangkat kerja.

Siang pukul 11 Lia menelpon “Ayah, bunda pingsan nafasnya cepet banget.” Aku kaget dan sangat khawatir. Selang 15 menit Lia sms “bunda sekarang ada di ruang ICU”. Astaghfirullah haladziim… apa yang terjadi pada istriku. Segera aku minta izin meninggalkan kantor. Di Rumah Sakit aku dapati Lia menangis sesegukan tak berhenti. “bunda yah… tolongin bunda yahh….!”

Kuhampiri istriku yang tergolek taksadarkan diri. Perawat memasang semua peralatan pada tubuh istriku, entah alat apa saja ini. Kuusap perlahan keningnya, dingin sekali. Tangan dan kakinyapun sangat dingin. Hingga menjelang maghrib aku tak beranjak dari sampingnya. Tak hentinya mulut ini memanjatkan doa. Sementara di luar ruang ICU sudah banyak kerabat berdatangan.

Tekanan darahnya sangat rendah dibawah 70. Dokter memberikan obat penguat tekanan darah dengan dosis tinggi. Tekanan darahnya sempat naik namun masih dikisaran 75-80, sangat rendah. Berkali-kali dokter menyuntikkan obat perangsang namun hasilnya tetap sama tak berubah. Dokter memanggilku, perasaanku gelisah tak menentu, campur aduk antara cemas, bimbang dan ketakutan yang amat sangat. Dugaanku benar Dokterpun menyerah.

Melihat kondisinya yang terus menurun ia menyarankan agar semua alat bantu dilepas saja. “maksudnya dok..?” aku menodong penjelasan. “secara medis kondisi ibu sudah tidak dapat ditolong lagi, lebih baik kita do’akan saja.” Aku benar-benar lemas mendengarnya seluruh badanku gemetar merinding “benarkah tak ada lagi harapan.” Tiba-tiba aku merasakan ketakutan yang luar biasa. Aku tak mau menyerah, aku meminta agar semua alat bantu itu tetap terpasang pada tubuh istriku, sambil menunggu keputusan team dokter besok pagi.

“Aku tak mau kehilanganmu bunda.” Ku pegang kuat jemarinya, “buka matamu bunda sebentar saja, ayah ingin menatap mata bening bunda untuk terakhir kalinya,” kubisikan lembut ditelinganya.

Pukul 22, aku disodori surat pernyataan, tak sempat aku baca, kata suster ini adalah Surat persetujuan untuk melepas semua alat bantu dari tubuh istriku. “Tak sanggup aku melakukan ini bun, aku ingin tetap menatap wajahmu, aku ingin tetap mendampingimu meski dalam ketidakberdayaanmu.”

Akhirnya adikku yang menandatanganinya. Aku tak ingin selalu dihinggapi rasa bersalah jika menandatangani surat itu. Kemudian semua alat bantu dilepas dari tubuh istriku, tinggal tersisa alat pendeteksi detak jantung.

“Bun…..inilah yang terbaik yang diberikan Allah buat kita, maafkan ayah bun ayah tak bisa menjaga bunda. Ayah ikhlas bunda pergi, ayah terima semua dengan ihklas bun.. Jangan khawatir bun, ayah akan menjaga dan merawat anak-anak kita,” kubisikan lirih ditelinga istriku.

Kutemui Lia yang menunggu diluar ruang ICU, kubelai rambutnya penuh sayang. Ia menangis keras sejadi-jadinya, mungkin ia paham apa yang kumaksudkan. “Bundaa….. Lia ga mau kehilangan bunda, jangan tinggalin lia bundaa..!!” Tangisnya memekik, merebut perhatian semua orang diruang tunggu ICU ini. Semua mata menatap kami tapi mereka diam seolah mahfum dengan keadaan kami.

Dalam setiap rangkaian doaku tak pernah aku mengucapkan kata-kata menyerah “kalo memang hendak Engkau ambil maka mudahkan,” tak pernah aku menyebut kata-kata itu. Aku selalu minta kesembuhan, kesembuhan karena aku memang menginginkan istriku benar-benar sembuh.

Sepertinya kini aku harus menyerah dan pasrah “Ya.. Robb jika memang Engkau menentukan jalan lain aku ikhlas ya Allah…., mudahkan jalan istriku untuk menghadapmu dengan khusnul khootimah.”

Menurut suster dalam kondisi seperti ini pasien masih bisa mendengar. Kubimbing istriku menyebut kalimat “LAAILAHA ILLALLAH MUHAMMADUR ROSULULLAH..” perlahan aku membimbingnya. Rasanya aku mengerti betul setiap helaan nafasnya, raga kami bagai menyatu. Kuulang hingga berkali-kali dengan helaan nafas yang terirama pelan. Dua bulir bening tersembul dari sudut matanya. Aku merasakan ia sanggup mengikuti kalimat ini, terimakasih ya Allah..!

Kamis, 15 Mei 2008 ...

Aku terbangun ketika tiba-tiba seorang suster memanggil “Keluarga ibu Siti Nurhayati..!” Aku bergegas masuk ke ruang ICU, jam menunjuk Pukul 05.05, masih pagi dengan hawa dingin yang menyusup tulang. “Ma’af pak, ibu sudah tidak ada.” ujar suster tadi singkat. Meski aku tau maksudnya tapi aku masih tak percaya. Kutengok layar monitor yang terhubung ketubuh istriku. Tak ada lagi yang bergerak disana.

Bagai tersambar petir, kudekap tubuh lemas istriku. Bibirnya menoreh segaris senyum. “INNA LILLAAHI WAINNA ILAIHI ROOJIUUN.” Aku lunglai terduduk disampingnya tapi tak ada lagi air mata yang keluar. “Bun, Ayah ikhlas melepas bunda, Allah telah memilihkan jalan terbaik buat kita.”

Selamat Jalan Istriku…… jemput aku dan anak-anak nanti di pintu SurgaNya.

Semoga bermanfaat bagi yang membacanya ....

Salam Terkasih ..
Dari Sahabat Untuk Sahabat ...

... Semoga tulisan ini dapat membuka pintu hati kita yang telah lama terkunci ...

~ o ~

Semoga bermanfaat dan Dapat Diambil Hikmah-Nya ...
Silahkan DICOPAS atau DI SHARE jika menurut sahabat note ini bermanfaat ....

Ditulis oleh Mas Rozi

Fenomena Bulan Biru





KOMPAS.com — Jumat (31/7/2015) malam ini akan dihiasi fenomena astronomi menarik, bulan biru atau blue moon. Sang rembulan akan muncul dalam bentuk purnama pada waktu yang tak biasa.

Biasanya, purnama terjadi sebulan sekali, 12 kali dalam setahun. Namun, tahun 2015 ini, purnama akan terjadi 13 kali. Bulan Juli akan memiliki dua purnama.

Bulan biru dengan demikian bukan berarti bulan yang berwarna biru, melainkan purnama yang langka, hanya terjadi 2,5 tahun sekali.

Terjadinya bulan biru terkait dengan jumlah hari dalam kalender matahari (Masehi) dan bulan. Kalender matahari punya 365 hari dalam setahun, sementara bulan punya 354 hari.

Akibat perbedaan itu, akan ada purnama yang muncul pada waktu yang "tak seharusnya", yaitu dua kali dalam bulan yang sama.

Bulan biru sendiri tak cuma bisa terjadi sekali dalam setahun. Tahun 1999, bulan biru terjadi pada bulan Januari dan Maret.

Hanya saja, fenomena bulan biru dua kali setahun jauh lebih jarang terjadi, hanya sekitar 19 tahun sekali.

Sebelum Jumat malam ini, bulan biru sempat terjadi juga pada 31 Agustus 2012, juga pada Jumat malam.

Ingin menyaksikan bulan biru? Keluarlah selepas senja, menanti terbitnya sang bulan. Benda langit paling terang yang bisa disaksikan dari bumi itu bisa dilihat tanpa alat bantu.

Fitur permukaan bulan seperti kawah-kawah dengan bentuk beragam, bisa disaksikan juga bila memiliki teleskop atau binokuler.

Namun, ingat, sekali lagi, bulan takkan berwarna biru. Malah, karena aerosol, bulan biru bisa berwarna kemerahan.

Bersama bulan biru nanti, akan tampak Venus dan Jupiter sekejap sesaat setelah senja di ufuk barat.

Sementara itu, di timur, Saturnus akan terbit dan berpeluang untuk disaksikan dengan alat bantu teleskop.

Mari saksikan kemunculan sang bulan biru. Kalau terlewat, Anda harus menunggu hingga tahun 2018.

https://www.youtube.com/channel/UCDZz-mwPBCJnMCSkfu0tC3Q

https://www.youtube.com/channel/UCx-M3DhNPK3y7kG4DFyvZ5g


Wednesday, 29 July 2015

Gubernur Sumatera Utara - Gatot Pujo Nugroho

Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo menyampaikan bahwa Gatot Pujo Nugroho akan diberhentikan sementara atau nonaktif sebagai Gubernur Sumatera Utara jika kasus yang menjeratnya sudah masuk proses persidangan.
Gatot dan istrinya, Evi Susanti ditetapkan Komisi Pemberantasan Korupsi sebagai tersangka dalam kasus dugaan suap terhadap hakim dan panitera PTUN Medan.
"Statusnya kan masih tersangka. Kemarin ketemu Sekda (sekretaris daerah), dan gubernur, tetap asas tak bersalah sampai masuk persidangan. Begitu masuk persidangan, Mendagri akan memberhentikan sementara untuk konsentrasi ke persidangan," kata Tjahjo di Kantor Wakil Presiden Jakarta, Rabu (29/7/2015).
Terkait penetapan Gatot sebagai tersangka, Tjaho mengaku sudah bertemu dengan Wakil Gubernur Sumut untuk membicarakan inventaris masalah Pilkada yang belum selesai. Ia juga mengaku prihatin atas penetapan Gatot sebagai tersangka.
"Kami mengharapkan Gatot kooperatif, menjelaskan apa yang dia ketahui," kata politisi PDI Perjuangan itu.
Gatot akan mengajukan praperadilan. Ia menganggap KPK menyalahi perundang-undangan dalam menetapkan tersangka.(Baca: Gubernur Sumut dan Istrinya Tersangka, Kuasa Hukum Akan Tempuh Praperadilan)
KPK menetapkan Gatot dan Evy Susanti sebagai tersangka kasus dugaan korupsi terkait suap kepada hakim Pengadilan Tata Usaha Negara Medan. Gatot dan Evy diduga menjadi pemberi suap dalam kasus ini.
KPK menerbitkan surat perintah penyidikan atas nama tersangka Gatot dan Evy pada Selasa (28/7/2015), sehari setelah keduanya diperiksa selama 14 jam. (Baca: Gubernur Sumut dan Istrinya Tersangka, Kuasa Hukum Akan Tempuh Praperadilan)

Informasi yang dihimpun Kompas, Gatot dan Evy diduga menjadi pemberi suap kepada tiga hakim PTUN Medan dan seorang paniteranya. Untuk itu, Gatot dan Evy dijerat dengan pasal bersama-sama melakukan tindak pidana dengan pengacara OC Kaligis yang telah ditetapkan menjadi tersangka kasus ini.
Kasus yang menjadikan Gatot dan Evy sebagai tersangka bermula dari operasi tangkap tangan KPK di Gedung PTUN Medan, 9 Juli. Dalam operasi tersebut, KPK menangkap M Yagari Bhastara alias Gerry, pengacara pada Kantor Hukum OC Kaligis dan Partner. Gerry diduga menyuap tiga hakim PTUN Medan, yaitu Tripeni Irinto Putro, Amir Fauzi, dan Dermawan Ginting, serta seorang panitera, Syamsir Yusfan.
Gerry adalah pengacara yang mewakili Ahmad Fuad Lubis, pegawai pada Pemerintah Provinsi Sumatera Utara (Pemprov Sumut) yang menggugat Kejaksaan Tinggi Sumut. (Baca: Gubernur Sumut Tersangka, PKS Minta KPK Bersikap Adil)
Gugatan ke PTUN Medan ini berkaitan dengan surat perintah penyelidikan yang dikeluarkan Kejaksaan Tinggi Sumut atas dugaan penyalahgunaan wewenang berkaitan dengan dugaan tindak pidana korupsi bantuan sosial di Pemprov Sumut.
Gerry diduga hanya menjalankan perintah atasannya untuk menyuap hakim PTUN Medan agar gugatannya dimenangkan.

Gadis bukan Perawan

Kisah Penjaja Ikan Keliling yang Jadi Pengibar Bendera di Istana Negara


BANDA ACEH, KOMPAS.com 

Hups! Tumpukan ikan yang terakhir pun masuk ke keranjang rotan yang sudah lusuh dan kini becak berisi ikan-ikan segar ini siap diajak berkeliling kampung untuk dijajakan.

Seragam abu-abu yang tadi menempel di tubuh sudah berganti dengan kaus oblong biasa. Pedal becak pun dikayuh. Jarak dan luas area mengayuh becak untuk menjajakan ikan ini pun tak tanggung-tanggung, yakni empat kecamatan, yaitu Kecamatan Seunagan, Suka Makmur, Seunagan Timur, dan Beutong di Kabupaten Nagan Raya.

Si penjaja ikan berusia muda ini adalah Ricky Satria Pratama (16), pelajar SMAN I Seunagan, Kabupaten Nagan Raya. Remaja yang berpenampilan bersahaja ini memang mengisi waktu luangnya sepulang sekolah untuk menjajakan ikan demi memenuhi kebutuhan sekolah dan pribadinya.

"Penghasilan saya antara Rp 30.000 hingga Rp 60.000. Uang itu untuk jajan sendiri dan juga adik," kata Ricky.

Namun, hampir sebulan belakangan ini sejumlah pelanggan tetapnya tak lagi melihat Ricky datang membawa ikan. Bukan karena sakit atau enggan kembali berjualan ikan, melainkan remaja dengan postur tubuh tinggi 174 cm dan berkulit putih ini sedang merintis cita-citanya, yakni menjadi seorang Pasukan Pengibar Bendera Pusaka di Istana Merdeka Jakarta pada peringatan 17 Agustus 2015 mendatang.

"Saya bangga bisa terpilih dan lolos menjadi satu di antara banyak remaja di Indonesia yang terpilih menjadi anggota Pasukan Pengibar Bendera Pusaka di Istana Negara nanti. Saya tidak malu walau selama ini saya hanya seorang penjual ikan yang mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan sekolah saya," ujar Ricky saat ditemui di sela-sela latihan Paskibraka di Banda Aceh, Senin (27/7/2015).

Melewati proses seleksi untuk menjadi seorang anggota Paskibraka bukanlah hal yang mudah bagi Ricky. Melewati berbagai jenjang seleksi dan puluhan saingan, akhirnya Ricky pun terpilih menjadi satu dari 80 anggota Pasukan Pengibar Bendera Pusaka.

"Saya tidak menduga berhasil menjadi pasukan di tingkat nasional. Saya senang dan terharu sekali," kata anak pertama dari dua bersaudara ini.

Memiliki ayah seorang personel babinsa di Koramil 0116/Nagan Raya bernama Amilin berpangkat sertu, membuat hari-hari Ricky tak lepas dari aktivitas fisik dan kemandirian mental yang tinggi. Hidup dengan kondisi ekonomi keluarga yang minim membuat Ricky terus memahami arti tanggung jawab dan hidup sederhana.

"Saya tinggal bersama adik dan seorang nenek yang sudah renta, siapa lagi yang bisa bertanggung jawab terhadap mereka kalau bukan saya. Untuk itu, meski sambil bersekolah, saya bekerja sebagai penjual ikan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari," ujarnya.

Seleksi ketat

Sementara itu, koordinator pelatih Paskibraka Aceh, Alta Zaini, mengaku sebuah kebanggaan bagi Aceh dua orang putra dan putrinya bisa berhasil menapakkan kaki di Istana Negara dan mendapat kehormatan untuk menjadi anggota Pasukan Pengibar Bendera Pusaka.

"Keduanya memang sudah melewati seleksi yang cukup ketat dan berkat usaha yang keras, dua dari empat peserta usulan dari Aceh berhasil lolos," ujar Alta.

Kedua putra-putri asal Aceh yang lolos ke tingkat Paskibraka Nasional tersebut masing-masing Ricky Surya Pratama (16) berasal dari SMAN I Nagan Raya dan Nadila Tasya Aprilia dari SMAN I Kota Langsa.

Lain kisah Ricky, lain pula kisah Tasya. Tasya sendiri mengaku awalnya sempat tak diizinkan oleh sang bunda untuk mengikuti seleksi pasukan pengibar bendera tingkat kabupaten/kota.

"Alasan mama, karena latihannya berat dan kalau pulang ke rumah selalu telat karena latihan sampai sore," ujar Tasya.

Namun, berkat keinginannya yang kuat, remaja yang bercita-cita ingin menjadi taruni Akademi Polisi ini pun berhasil meluluhkan hati sang bunda dan mendapat restu. Restu itu tak main-main rupanya. Dengan restu dan keihklasan sang bunda, Tasya pun berhasil menyisihkan banyak saingannya untuk berhasil mendapatkan posisi sebagai anggota Paskibraka tingkat nasional.

Keberhasilan Ricky dan Tasya yang diraih saat ini bukanlah hadiah yang datang secara tiba-tiba. Peran serta orangtua yang memberi dukungan dan semangat kepada keduanya telah berhasil membawa mereka kepada separuh impian mereka saat ini.

Ricky dan Tasya mengaku akan berlatih keras agar bisa mengharumkan nama Serambi Mekah. Ricky berkeinginan terpilih dalam pasukan 8 dan berkesempatan menjadi pasukan pengerek bendera. Sementara itu, Tasya berkeinginan bisa dipercaya menjadi pasukan pembawa baki bendera pusaka Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Ricky dan Tasya memang bukan bagian dari sejarah bagaimana darah ditumpahkan untuk mempertahankan helai kain berwarna merah putih itu. Namun, keduanya adalah bagian yang tak mungkin dipisahkan dari upaya mempertahankan merah putih tetap berada dalam sanubari dan semangat juang hidup mereka.


Penulis : Kontributor Banda Aceh, Daspriani Y Zamzami
Editor : Farid Assifa

Monday, 27 July 2015

Pria 90 Tahun Ini Lumpuh dan Tinggal di Luar Rumah dengan Alas Seadanya

Pria 90 Tahun Ini Lumpuh dan Tinggal di Luar Rumah dengan Alas Seadanya
SINGARAJA - I Nengah Suka (90) terbaring lemas di atas alas seadanya di Banjar Dinas Sekar, Desa Kaliasem, Kecamatan Banjar, Buleleng, Bali, Minggu (5/7/2015).
Istrinya, Ni Ketut Setumi setia mendampingi di sisinya.
Kondisi rumah Suka dan Setumi ini sangat memprihatinkan.
Berdiri di atas tanah yang masih menyakap, rumah itu nyaris tanpa atap dan hanya ditutupi daun kelapa kering di atasnya dan di seluruh sisi rumah.
Di dalamnya hanya ada satu ruangan yang dipenuhi barang-barang yang berserakan dan tidak pernah dipakai.
Sementara Suka setiap hari tidur di luar rumah dengan alas seadanya tanpa tempat tidur.
Setumi mengatakan, suaminya itu menderita lumpuh sejak tiga tahun lalu.

Ketika itu Suka terjatuh dari atas tempat tidur.
Akibatnya, sejak saat itu ia tidak bisa lagi bekerja mengumpulkan lidi dari daun kelapa kering.
Sejak terjatuh tiga tahun lalu, Setumi mengaku suaminya tersebut tidak pernah memeriksakan kondisi kesehatannya secara serius karena keterbatasan biaya.
Hanya sesekali diperiksa jika ada program puskesmas keliling dari desa.
Setumi juga mengaku dirinya kini tidak dapat bekerja karena kondisinya yang sudah renta.
Untuk makan sehari-hari, keduanya dibantu tetangganya dan orang-orang yang peduli.
Pasangan ini juga mengaku tidak memiliki anak dan keluarga.

“Suami saya nggak bisa kerja lagi karena sakit, saya juga sudah tidak sanggup bekerja. Makan dari tetangga ada yang ngasih. Anak saya nggak punya,” ucap Setumi. (*)

Sunday, 26 July 2015

Tegar-pengamen cilik subang



Anak Kecil Hebat ini punya bakat menyanyi Lagu  Dan punya Kualitas Suara Unik yang Luar Biasaaa...!!!
Benar - benar menjiwai lagunya sampai ikut Sedih melihatnya :'(
Jangan Lupa Like dan komentar apa yang anda rasakan saat melihat video ini yaa
Subscride jika ingin melihat video terbaru yang laiin thx ^_^

Perbedaan Antara Akun Adsense Hosted Dan Non Hosted

Pernahkah anda mendaftar Google Adsense dan setelah diterima anda mendapati tulisan berwarna merah yang bertuliskan hosted account, apakah arti dari hosted account ? saya juga tidak tahu arti dari kata tersebut, tapi menurut pengalaman saya yang telah diterima oleh Google Adsense sebanyak tujuh (7) baru kali ini saya mendapati akun adsense saya bertuliskan hosted acount diatasnya, pada akun-akun saya yang sebelumnya tulisan tersebut tidak pernah muncul pada akun adsense saya.

Banyak perbedaan-perbedaan yang saya alami antara akun adsense saya yang terdahulu (non hosted) dengan akun baru saya (hosted), dan pada kesempatan kali ini saya akan mencoba untuk menulis mengenai perbedaan antara kedua akun tersebut berdasarkan pengalaman saya selama ini. Berikut ini beberapa perbedaan-perbedaan antara akun adsense hosted dan akun adsense non hosted yang bersumber dari pengalaman saya sendiri.

1. Terdapat Tulisan "Hosted Acount"
Pada akun hosted kita akan mendapati sebuah tulisan yang berwarna merah bertuliskan hosted acount, hal ini sangat berbeda dengan akun saya yang sebelumnya yang tidak mempunyai tulisan hosted pada sebelah atas akun adsense saya dan menurut saya akun saya terlihat kurang baik jika terdapat tulisan tersebut di atas akun adsense saya.

2. Iklan Adsense Tidak Langsung Dapat Ditampilkan
Pada akun adsense saya sebelumnya saat saya mendapatkan kiriman email selamat datang dari google saya langsung dapat memasangkan iklan kedalam blog saya, tapi pada akun hosted ini saya harus menunggu lagi beberapa waktu sampai akun ini disetujui penuh baru dapat memasang iklan di dalam blog. hal ini sungguh sangat membosankan sebab saya tidak tahu kapan akun kita disetujui secara penuh atau tidak.

3. Iklan Tidak Dapat Ditampilkan Pada Domain Sendiri
saya sendiri belum pernah membuktikannya, tapi menurut para pakar Google Adsense bahwa iklan akun hosted tidak dapat dipasang pada jenis website atau domain sendiri, iklan pada akun hosted hanya dapat dipasang pada Blogspot dan Youtube, sedangkan akun hosted dapat dipasang pada domain sendiri. jika teman-teman bertanya mengapa bisa begitu, saya juga tidak tahu jawabannya, silahkan bertanya langsung kepada pakar-pakar google adsense.

4. Tidak Dapat Pay Out
Mungkin ini hanyalah sebuah mitos diantara para publisher adsense bahwa jika kita memakai akun adsense yang hosted maka kita tidak akan pernah bisa PO sebab akun kita akan di nonaktifan terus oleh adsense, tapi pernah juga ada teman yang dapat PO dengan menggunakan akun hosted. tapi saya belum bisa membuktikan mitos ini sebab saya juga belum pernah mengalaminya.

Itulah beberapa perbedaan-perbedaan yang saya alami antara akun adsense hosted dan yang non hosted, sekian dulu artikel saya pada sore hari ini, semoga artikel ini dapat bermanfaat untuk para pembaca sekalian. jika ada diantara para pembaca yang mempunyai pertanyaan atau sekedar memberikan saran dan kritiknya atas artikel saya ini, silahkan disampaikan dengan cara menuliskannya pada kotak komentar yang ada disebelah bawah artikel ini.

Jangan lupa pula untuk meninggalkan alamat blog sobat agar kami dapat berkunjung dan melihat-lihat blog sobat serta berkomentar di dalamnya. Nantikan dan ikuti terus artikel-artikel bermanfaat lainnya dari kami.

Saturday, 25 July 2015

KISAH PENGAMEN PUTUS SEKOLAH BISA LULUS TES MASUK UI


 DEPOK - Dzulfikar Akbar Cordova alias Dodo baru mulai meneruskan sekolahnya pada 2014 lalu, di SMA Master, Depok, Jawa Barat. Ia langsung duduk di kelas tiga SMA. Sebelumnya pemuda yang kini berusia 21 tahun itu hanya sempat mengenyam pendidikan hingga lulus SMP, pada 2008 lalu di Lampung.
Namun demikian, Dodo yang sehari-harinya berprofesi sebagai pengamen jalanan itu, mampu lulus ujian Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) 2015. Ia diterima di Program Studi Ilmu Ekonomi Islam, Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB), Universitas Indonesia (UI).
Ditemui Tribunnews.com di sebuah tempat makan di mana ia biasa mengamen, di Jalan Margonda, Depok, Jawa Barat, Dodo mengaku kesuksesannya itu belum tentu terjadi bila ia tidak terjaring program pemberdayaan siswa sekolah Master, yang digagas oleh Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) FEB UI, yang digelar sejak 2014 lalu. Program tersebut adalah program Master FEBUI.
Untuk mengikuti program tersebut, siswa Master harus mengikuti beragam ujian. Pada tahap awal Dodo mengikuti berbagai ujian tertulis, dan pada tahap akhir komitmennya mengikuti program tersebut diuji. Ia dan siswa lain yang lulus seleksi, diuji untuk mengikuti kelas selama dua minggu. Dodo merupakan salah satu peserta presensinya nyaris sempurna, dan dinyatakan lulus.
"Setelah lulus, baru kita ikut semacam kelas selama sekitar tujuh bulan, pengajarnya langsung kakak-kakak mahasiswa FEB UI," katanya.
Proses belajar-mengajar bagi para peserta program itu berlangsung sejak pagi hingga sore hari, di Perpustakaan FEB UI di Depok, Jawa Barat. Selama mengikuti program, Dodo masih diberi kesempatan untuk mengamen bila ia "kepepet" butuh uang.
"Misalnya saya lagi butuh uang, saya minta izin ikut kelas agak telat, paginya saya ngamen dulu. Mereka paham kok. Saya (bahkan) pernah dipinjami gitar mahal sama pengajarnya," ujar
Siswa Master yang mengikuti program tersebut tidak diwajibkan hadir di sekolah mereka yang terletak di sebelah Terminal Depok. Mereka dianggap masuk sekolah bila hadir di Perpustakaan FEB UI, mengikuti program hingga selesai pada sore hari.
Dodo mengaku pada awalnya kesulitan mengikuti program yang mengharuskannya belajar intensif. Pasalnya ia sudah sekitar lima tahun lebih putus sekolah, dan belum pernah belajar pelajaran SMA sebelumnya. Para peserta program bahkan pernah diberi soal untuk mahasiswa FEB UI. Dodo mengaku sempat dipusingkan oleh soal tersebut.
"Maklum lah, saya kan lama putus sekolah," kata Dodo.
Setelah sekitar tujuh bulan mengikuti program itu, Dodo dan dua peserta lainnya akhirnya bisa lulus ujian SNMPTN 2015. Setelah lulus dan berstatus calon mahasiswa, ia masih dibantu oleh "mantan" pengajarnya di program Master FEB UI, untuk mengurus segala administrasi pendaftaran.

Sumber: TRIBUNNEWS.COM,

Cewek cantik bermain gitar dan bersuara emas

Cewek cantik bermain gitar dan bersuara emas , kepandaiannya dan kelincahan jari-jari tangan-nya untu memetik tali gitar mengeluarkan suara gitar yang begitu indah :D

Sehingga siapa pun yang mendengarnya langsung jatuh hati....mungkin jugak ada di anatra kamu wkhehe....mantap donk dapat cewek cantik, pintar, suaranya indah lagi.

Heboh,Ada Malaikat Jatuh di Beijing



Sun Yuan dan Peng Yu adalah seorang seniman Asal Beijing yang dikenal dengan karya mereka yang mendunia yang mempunyai konsep Paradoks.,Selain itu mereka juga dikenal sebagai seniman yang berani mengambil resiko dalam membuat sebuah karya.Seperti halnya mereka tidak segan menggunakan Jasad manusia dan lemak manusia untuk menciptakan mahakaryanya.Dilansir Shanghaiist, Sabtu (25/7/2015), baru-baru ini Beijing dikejutkan dengan karya yang membuat warga Beijing heboh dan simpatik, instalasi karya mereka menggunakan patung hyper-realistis.Ini  membuat batas imajinasi menembus batas realistis dan karya mereka yang menghebohkan warga Beijing ini dikenal dengan Angel atau malaikat.Karya patung malaikat tersebut tidak menampilkan wujud wanita cantik pada umumnya, akan tetapi menampilkan wujud seorang wanita tua dalam gaun putih bersayap berbulu jarang.Patung malaikat itu ditaruh dalam sebuah kurungan berbentuk jala mirip dengan sangkar.Dengan sang malaikat yang berbaring tertelungkup di tanah dipersepsikan sedang tidur, mungkin juga mati.Kedua seniman ini mengungkapkan tujuan proyek mereka demi menyoroti ketegangan dan transisi antara supranatural dan duniawi.Mereka bermaksud menggambarkan sang malaikat yang tidak mampu melaksanakan kehendak Tuhan sehingga dibuang ke bumi.


transjakarta melawan arus di jalur khusus motor dibandung.

Sistem lawan arus ini dimulai dari arah selatan menuju utara atau dari Bundaran HI ke Sarinah. Direktur Operasional PT Transjakarta Heru Herawan mengatakan, di kawasan lokasi proyek guide wall MRT tidak terdapat halte busway, karena yang di Bundaran HI telah dibongkar beberapa waktu lalu.
Sebagai gantinya halte Tosari dan Sarinah diperpanjang untuk menampung limpahan penumpang yang biasa menunggu di depan gedung Wisma Nusantara.
Untuk jalur ini akan ditambah jumlah armada bus operasional agar pengguna angkutan umum tidak terlalu lama menanti. “Kami akan tingkatkan volume pelayanan bus di koridor I ini supaya penumpang tidak terlantar telalu lama,” tandas Heru, Minggu (5/4).
Direktur Utama (Dirut) PT MRT Jakarta Dono Boestami menuturkan, berdasarkan kajian manajemen rekayasa pembangunan MRT, masyarakat di sekitar Bundaran HI hingga Sarinah memang cukup terganggu. Selain jumlah lajur jalan reguler berkurang untuk sisi barat atau dari arah selatan menuju utara, juga peruhahan letak lajur busway. “Kondisi ini tidak berlangsung lama hanya satu bulan,” ujar Dono Boetami akhir pekan lalu.
Perubahan lajur ini dipicu oleh berlangsungnya pekeraan konstruksi di bagian median jalan selebar 17,3 meter. Lebar itu tidak hanya memakan jalur hijau, tapi juga memakan jalur busway dan dua jalur terguler. Sehingga perjalanan Bus Transjakarta mengalami perubahan. “Gangguan ini bukan berarti Bus Transjakarta ikut terganggu, tapi dialihkan posisinya di sisi timur jalan atau memakan lajur jalan dari arah utara ke selatan,” ujar Dono.
Mestinya jalur itu digunakan oleh Bus Transjakarta dari arah Kota menuju Blok M. Namun untuk perjalanan bus dari arah itu dipindahkan sisi sebelahnya lagi. Sedangkan jumlah lajur reguler di sisi timur tidak berubah, kecuali lebar setiap lajur berkurang dari 3 meter menjadi 2,75 meter. Sementara jumlah lajur jalan reguler di sisi barat dari arah Bundaran HI ke Sarinah berkurang dua lajur atau menjadi tiga lajur.

Friday, 24 July 2015

Info Mudik 2015

Tradisi mudik yang terjadi setiap tahun bukan hanya bentuk perayaan Lebaran. Aktifitas mudik ke berbagai daerah memberikan dampak luar biasa terhadap perekonomian nasional, salah satunya peningkatan konsumsi yang mampu mendorong pertumbuhan ekonomi. 

Pengamat Ekonomi dari Universitas Padjajaran, Bandung, Ina Primiana mengungkapkan, mudik sangat membantu perekonomian di daerah. Pada akhirnya, berkontribusi terhadap ekonomi nasional. Hal ini sudah berlangsung selama berpuluh-puluh tahun lamanya.
"Di sepanjang jalan yang dilewati pemudik, roda perekonomian berjalan karena pemudik membelanjakan uangnya untuk makanan, jajan, wisata, hiburan dan buat oleh-oleh. Semua itu konsumsi masyarakat yang berdampak besar buat ekonomi kita," tutur dia saat berbincang dengan Liputan6.com, Jakarta, Selasa (21/7/2015).   

Kata Ina, belum lagi uang yang dikirimkan dari para Tenaga Kerja Indonesia (TKI) untuk orangtua atau sanak saudara di Tanah Air, akan memicu peningkatan aktifitas transaksi di perbankan. Dan uang yang dikirimkan tersebut kemudian dibelanjakan lagi di Indonesia.

Dia menerangkan, masyarakat Indonesia terutama kalangan menengah ke bawah rela menghabiskan Tunjangan Hari Raya (THR) untuk mudik dan belanja di momen Lebaran. Mereka, lanjutnya, kerap hanya menyisakan uang untuk bertahan hidup beberapa hari sebelum upah bulanan diterima. 


"Transaksi uang saat Lebaran tuh besar sekali, karena biasanya mereka jajan terus. THR yang diterima pun naik setiap tahun karena penyesuaian gaji," ujar Ina.

Namun dia mengakui bahwa ada pelemahan daya beli masyarakat di tahun ini akibat perlambatan ekonomi Indonesia. Masyarakat, sambungnya, menyiasati dengan mengurangi jumlah maupun menurunkan kualitas barang yang dibeli. 

"Belanja sih tetap, tapi belinya enggak sebanyak tahun lalu atau kualitasnya enggak usah yang bagus-bagus. Jadi sumbangan mudik ke konsumsi paling di bawah 0,5 persen karena sekarang situasinya agak berbeda," ucap Ina.


Stand Up Comedy - Dodit Mulyanto , Pekerja keras

Semakin banyak-nya kreatifitas anak muda di jaman sekarang.

Di era modren seperti saaat ini, Indonesia telah banyak melahirkan para seniman dari kalangan anak-anak muda.
Mereka semuanya memiliki bakat yang sangat luar biasa. :D

Semoga mulai hari ini sampai seterusnya Indonesia terus bisa melahirkan anak-anak muda bangsa ini yang memiliki kualitas dan seniman yang sangat luar biasa.


Kisah hidup Bripda Winu Pradipta




NATUNA - Kisah hidup Bripda Winu Pradipta (bukan Wenu seperti diberitakan sebelumnya), anggota Polres Natuna, berakhir setelah mengalami kecelakaan maut untuk kali kedua, Jumat (24/7/2015).
Bendera merah putih berkibar setengah tiang di Polres dan Polsek Bunguran Timur, Natuna Jumat (24/7) siang.
Suasana duka menyelimuti jajaran Polres Natuna. Mereka kehilangan sosok bintara terbaiknya Bripda Winu Pradipta.
Winu menghembuskan nafas terakhir setelah berjuang melewati masa kritis di ruang ICU RSUD Natuna, usai kecelakaan maut yang terjadi di Jalan Pramuka, Ranai, Selasa (21/7) malam lalu.
Pria lajang (23) yang bertugas di Satuan Intelkam Polres Natuna ini dikabarkan meninggal pukul 05.00 WIB, kemarin.
"Ia menjalani perawatan di ICU. Dan pagi tadi (kemarin) dokter menyatakan meninggal,"ujar Kapolres Natuna AKBP Amazona Pelamonia.
Kapolres turut menghantarkan jenazah Winu ke Bandara Lanud Ranai untuk diterbangkan ke Tanjungpinang dengan pesawat jenis Cassa.
"Kami rencanakan memberi santunan buat keluarga, di Polres kita akan gelar yasinan,"tambahnya lagi.
Rekan-rekan Winu dan para anggota Polres Natuna lainnya tampak mengiringi jenazah mulai dari salat jenazah di Mesjid Batu Hitam, Ranai, hingga ke bandara.
Beberapa diantaranya tampak bersedih, bahkan teman dekat Winu sempat pingsan saat melepas kepergian jenazah di bandara.
Kedua orangtua Winu yang datang dari Tanjungpinang sebelumnya melihat kondisi Winu juga tak kuasa menahan tangis.